Jumat, 11 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DAN PRE PLANNING KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


A.     PENGERTIAN
         Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).  
         Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Potter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

B.           JENIS-JENIS PERAWATAN DIRI
1.            Kurang perawatan diri: Mandi/ kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/ kebersihan diri.
2.            Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/ berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3.            Kurang perawatan diri: Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4.            Kurang perawatan diri: Toileting.
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah: 2004).




C.     ETIOLOGI
         Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut:
1.            Kelelahan fisik
2.            Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1.      Faktor prediposisi
                  a.      Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
                  b.      Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c.             Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d.            Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2.      Faktor presipitasi
                  Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/ lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1.   Body Image
         Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.


                  2.   Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.   Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4.   Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5.      Budaya
                        Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
         6.   Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
                  7.   Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
1)      Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
         2)      Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.




C.          TANDA DAN GEJALA
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a)   Fisik
               Badan bau, pakaian kotor.
               Rambut dan kulit kotor.
               Kuku panjang dan kotor
               Gigi kotor disertai mulut bau
               Penampilan tidak rapi
b)   Psikologis
               Malas, tidak ada inisiatif.
               Menarik diri, isolasi diri.
               Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c)   Sosial
      Interaksi kurang.
      Kegiatan kurang
      Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
         Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
1.      Data subyektif
               a.   Pasien merasa lemah
               b.   Malas untuk beraktivitas
               c.   Merasa tidak berdaya.
2.   Data obyektif
               a.      Rambut kotor, acak–acakan
               b.   Badan dan pakaian kotor dan bau
               c.   Mulut dan gigi bau.
               d.   Kulit kusam dan kotor
               e.   Kuku panjang dan tidak terawatt

D.          RENTANG RESPON KOGNITIF
         Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1.      Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a)   Bina hubungan saling percaya.
b)   Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c)   Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2.      Membimbing dan menolong klien merawat diri.
         a)   Bantu klien merawat diri
         b)   Ajarkan ketrampilan secara bertahap
         c)   Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3.      Ciptakan lingkungan yang mendukung
         a)   Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
         b)   Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
               c)   Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

E.           PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1: Percakapan saat melakukan pengkajian pada pasien dengan kurang perawatan diri : kebersihan diri
Orientasi :
“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaannya hari ini ? Bagaimana kalau saat ini kita mendiskusikan tentang kegiatan Tina sehari-hari 15 menit disini, bagaimana Tin?”
Kerja :
Pengkajian Kebersihan diri
“Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina sudah mandi hari ini? Menurut Tina apa kegunaannya mandi ?Apa alasan Tina sehingga tidak bisa merawat diri ? Menurut Tina apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Tina yang bisa muncul ?”
                 

         Pengkajian Berdandan untuk pasien wanita
“Apa yang Tina lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Tina menyisir rambut ? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
         Pengkajian Berdandan untuk pasien laki-laki
“Berapa kali Tono cukuran dalam seminggu? Kapan Tono cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”
         Pengkajian Makan
“Berapa kali makan sehari? Apa saja persiapan makan? Di mana tempat kita makan? Bagaimana cara makan yang baik? Apa yang dilakukan sebelum makan ? Apa pula yang dilakukan setelah makan?”
         Pengkajian kemampuan BAB/BAK
         “Di mana biasanya Tina berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”
         Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi ? Setengah jam lagi kita akan mendiskusikan tentang cara-cara merawat diri sekaligus Tina mempraktekkannya. Bagaimana Tina? Setuju?” (Perawat menyiapkan alat kebersihan diri yang akan digunakan).
SP 2: Percakapan saat melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
         Orientasi :
“Selamat pagi Tina? Apakah masih ingat apa tanda-tandanya bersih ? Selama setengah jam ini kita akan membicarakan bagaimana cara mandi, gosok gigi, keramas, berpakaian dan gunting kuku yang benar. Selanjutnya … akan mencoba cara-cara yang telah kita diskusikan ini. Siap … ?
         Kerja :
“Menurut Tina kalau mandi itu kita harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan ? Benar sekali..Tina perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing Tina melakukannya. Sekarang Tina siram seluruh tubuh Tina termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala Tina sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Tina. mulai dari depan sampai belakang.. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh Tina. sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Tina bagus sekali melakukannya. Selanjutnya Tina pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
         Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba Tina sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Tina. lakukan tadi ?”
”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan, jam berapa saja? Nah, dikerjakan ya Tina! Dua hari lagi kita ketemu lagi untuk latihan berdandan. Oke?”
         SP 3: Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan
Orientasi
“Selamat pagi Pak Tono? “Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Bagaimana mandinya?” “Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”.
Kerja
“Apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi ?” “Apakah bapak menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?” “Bagaimana cara bapak memakai baju ? Berapa kali ganti baju dalam sehari ?” “Apakah bapak suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” “Untuk menyisir rambut sebaiknya tiap selesai mandi bapak bersisir. Pakailah sisir” yang bersih dan tidak tajam. Coba bapak praktekkan… ya, bagus!” “Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut). “Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang sehat 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”. “Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”.. “Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Masukkan ke jadwal ya?” “Minggu depan kita latihan makan yang baik. Kita akan makan bersama. Saya akan datang jam 12 siang”.
         SP 4: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan Tina hari ini? Bagaimana mandinya?”
“Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan supaya ibu tampak rapi dan cantik. Di mana alat-alat dandannya?”
Kerja
“Bagaimana cara Ibu berdandan ? Apakah menyisir rambut ? Bagaimana cara ibu menyisir ? Bagus sekali!” “Apa kebiasaan ibu dalam berdandan/berpakaian ?”
“Apakah ibu biasa memakai bedak ?” “Nah sekarang kita praktek ya mulai dengan ganti pakaian. Ya bagus. Sekarang menyisir rambut.. ya.. Bagus sekali.., lanjutkan dengan merias muka. Ya bagus. Ibu tampak cantik..” “Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya 2x/hari kemudian menyisir rambut setelah mandi. Berbedak dilakukan setelah mandi.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah belajar berdandan. “ “Untuk berdandan caranya bagaimana ?” “Hari-hari berikutnya saya berharap Ibu berdandan dengan baik. Mari masukkan dalam jadwalnya ya!” “Minggu depan kita bertemu lagi untuk belajar cara makan yang baik.”
         SP 5: Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
Orientasi
“Selamat pagi Tina? Bagaimana perasaannya hari ini ?” “Apakah berdandan sudah dilakukan           tiap hari ?” “Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan selama satu jam… langsung di ruang makan ya..!”
Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan ? Dimana Tina makan ?” “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan ! “Bagus ! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan Tina yang pimpin !. Bagus..“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, mari kita makan”.. “Setelah makan kita bereskan piring, gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus”!
Terminasi
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita makan bersama-sama”. “Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan ?” “Hari-hari berikutnya saya berharap Ibu Asih melakukan cara tadi dengan baik. Dua hari lagi saya datang lagi untuk melihat hasil kegiatan Tina. Sampai jumpa!”
SP 6: Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Orientasi
“Selamat pagi Tono ? Bagaimana perasaan Tono hari ini ?” “Sesuai dengan janji kita, selama setengah jam ini kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?”
Kerja
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya…..” “Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?” “Sudah bagus ya Tono Yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar