BAB I
PRE PLANNING
1.1. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita waham dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di BPRS. Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2008 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66 %), harga diri rendah 374 orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %), kerusakan komunikasi verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91 %),percobaan bunuh diri 1 orang (0.04 %)
Satuan Acara Pembelajaran
(SAP)
A. Tujuan
1. Tujuan umum
1.1. Mengkaji data yang terkait masalah waham
1.2. Menetapkan diagnosa keperawatan dengan pasien gangguan waham
1.3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan gangguan waham
1.4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan gangguan waham
1.5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengenal masalah waham
1.6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham
2. Tujuan khusus
2.1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2.2. Pasien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran pasien
2.3. Pasien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus wahamnya
2.4. Pasien dapat mengidentifikasi wahamnya
2.5. Pasien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya
2.6. Pasien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya
2.7. Pasien mendapat dukungan keluarga
2.8. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
2.9. Pasien dapat menggunakan obat dengan sistem 5 benar
B. Manfaat
1.1. Dapat menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah waham
1.2. Dapat mengurangi resiko terjadi waham kembali setelah pasien dibawa pulang oleh keluarga
C. Pokok bahasan
Waham
D. Sub Pokok bahasan
1. Pengertian waham
2. Jenis – jenis waham
3. Proses terjadinya waham
4. Prinsip tindakan keperawatan pada waham
E. Sasaran
Pasien dan keluarga
F. Metode
1) Ceramah dan tanya jawab
2) Bermain peran, stimulus dan latihan
G. Waktu & Tempat
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Mei 2010
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Marzuki Mahdi
H. Media
· Levlet
I. Kegiatan
No.
|
Kegiatan penyuluhan
|
Kegiatan
Peserta/Keluarga
|
Media/Metode
|
Waktu
|
1.
|
Pembukaan
|
Salam dan perkenalan
|
Ceramah
| |
2.
|
Kegiatan inti
|
1) SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2) SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya.
3) SP 3 Pasien : Menganjurkan dan melatih cara minum obat yang benar.
4) SP 1 Keluarga : Membina hubungan baik dengan keluarga.
5) SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien.
6) SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
|
Mendengarkan
Mendengarkan, bercerita dan bertanya
Mendengarkan, mempraktekan dan bertanya
Mendengarkan, mendiskusikan dan bertanya
Mendengarkan, mendiskusikan dan bertanya
-
| |
3.
|
Penutup
|
Mengevaluasi kegiatan SP 1,2,3 pada klien dan keluarga.
|
Ceramah, diskusi dan tanya jawab.
| |
Salam penutup
|
Mengucapkan salam.
|
J. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
Strategi pelaksanaan dilakukan diruangan rawat klien sesuai dengan kontrak waktu dan tempat yang sesuai dengan keinginan klien.
2. Evaluasi proses
SP 1 : Pada saat proses Strategi Pelaksanaan 1, respon klien kurang baik. Tampak pandangan mata yang mencurigakan, memperlihatkan permusuhan dan memberi kata-kata ancaman.
SP 2 : Pada saat proses Strategi Pelaksanaan 2, respon klien baik. Mulai mampu mengidentifikasi kemampuan positifnya dan mempraktekannya dengan baik pula.
SP 3 : Pada saat proses Strategi Pelaksanaan 3, respon klien sedikit bingung dalam hal meminum obat dengan cara dan waktu yang tepat.
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan strategi pelaksanaan I,2,3 pada klien waham, tampak adanya perubahan di diri klien. Klien mulai mampu berhubungan dengan realita, klien mulai mampu membina hubungan saling percaya terhadap perawat maupun tim kesehatan lainnya. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan positifnya dan mempraktekannya dengan baik. Serta klien mampu mempraktekan cara minum obat dengan cara yang benar dan waktu yang benar.
K. Referensi
1) Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Tim MPKP RSMM & FIK UI
2) Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa – I oleh DEPARTEMEN KESEHATAN RI (2000)
3) Internet situs Google, WAHAM Rona Khatulistiwa
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlin, 1993)
Waham adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas (Haber,1982).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
2.2 Rentang Respon Neurobiologis
3.2.1. Pengertian
Respon neurobiologis merupakan berbagai respon perilaku klien yang terkait dengan fungsi otak. Gangguan neurobiologist ditandai dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi dan gangguan proses pikir : waham atau umumnya dikenal dengan penyakit psikotik.
3.2.2. Psikodinamika
Gangguan respon neurobiologis atau respon neurobilogis yang maladaptif terjadi karena adanya :
3.2.2.1. Lesi pada area frontal, temporal dan limbic sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.
3.2.2.2. Ketidak mampuan otak untuk menyeleksi stimulus.
3.2.2.3. Ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lainnya.
Respon neurobiologis individu dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon adaptif sampai dengan respon maladaptif.
Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif
|
Respon Maladaptif
| |
Pikiran logis
|
Proses pikir kadang-kadang
|
Gangguan proses pikir, waham
|
Persepsi akurat
|
terganggu ilusi
|
Perubahan persepsi, halusinasi
|
Emosi konsisten
|
Emosi berlebihan atau kurang
|
Kerusakan proses emosi
|
Perilaku sesuai
|
Perilaku tidak sesuai
|
Perilaku tidak terorganisir
|
Hubungan sosial harmonis
|
Menarik diri
|
Isolasi sosial
|
Rentang Respon Neurobiologis
(Stuart dan Laraia, 1998, hal 407)
Dalam tatanan keperawatan jiwa, respon neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir : waham. Pada bab ini akan dibahas secara khusus mengenai waham.
3.2.3. Isi Pikir
Gangguan isi pikir merupakan ketidak mampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguan ini diidentifikasi dengan adanya waham, yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas (Haber, 1982). Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya (Rawlin, 1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah denagn alas an yang logis (Cook & Fontaine, 1987) serta keyakinan tersebut diucapkannya berulang kali.
3.3. Penyebab Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
· Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
· Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
· Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
· Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
· Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi setelah bencana baik itu kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stressor yang menyebabkan stress pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami waham.
3.3.1. Factor presipitasi :
Social – Budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya respon neurologis yang maladaptive, misalnya lingkungan yang penuh dengan kritik (rasa bermusuhan); kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga diri; kerusakan dalam interpersonal dan gangguan dalam hubungan interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
3.3.2. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan respon neurobiologis yang maladaptive perlu ditekankan pada fungsi kognitif (proses piker), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi social.
a. Fungsi kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan pada daya ingat. Klien mengalami kesukaran untuk menilai dan menggunakan memorinya atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek atau jangka panjang. Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.
· Cara berfikir magis dan primitive
Klien menganggap bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, misalnya dapat berubah menjadi superman. Cara berfikir klien seperti anak pada tingkat perkembangan anak prasekolah.
· Perhatian
Klien gangguan respon neurologis tidak mampu memprtahankan perhatiannya atau mudah teralihkan serta konsentrasinya buruk. Akibatnya klien mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap tugas.
· Isi piker
Klien tidak mampu memproses stimulus internal dan eksternaldengan baik sehingga terjadi apa yang disebut dengan waham (agama, kebesaran, somatic, curiga, nihilstik, sisip piker, siar piker).
· Bentuk dan pengorganisasian bicara
Klien tidak mampu mengorganisasi pemikiran dan menyusun pembicaraan yang logis serta koheren. Gejala yang sering ditemukan adalah kehilangan asosiasi, tangensial, inkoheren atau neologisme, sirkumstansial, tidak masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasi dari pembicaraan klien yang tidak relevan, tidak logis, bizar dan bicara yang berbelit-belit.
b. Fungsi persepsi
Perubahan atau gangguan yang sering ditemukan pada klien adalah :
· Depersonalisasi
Klien merasa tubuhnya bukanlah miliknya atau klien merasa dirinya terpisah dengan jati dirinya sendiri.
· Halusinasi
Klien merasakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan atau tidak ada stimulus dari lingkungan. Halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.
c. Fungsi emosi
Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek. Mood adalah suasana emosi sedangkan afek mengaju kepada expresi emosi, yang dapat diamati dari expresi wajah, gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan perasaannya.
Pada respons neurobiologis yang maladaptif terjadi gangguan emosi yang dapat dikaji melalui perubahan afek :
· Afek tumpul : kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain atau pengalaman. Klien tampak apatis.
· Afek datar : tidak tampak expresi aktif, suara monoton dan wajah datar, tidak ada keterlibatan perasaan.
· Afek tidak sesuai : afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
· Reaksi berlebihan : reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
· Ambivalen : timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang bersamaan.
d. Fungsi motorik
Respon neurobiologis maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, membingungkan dan kadang-kadang tampak tidak kenal dengan orang lain. Perubahan tersebut adalah :
· Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.
· Manerisme : dikenal melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
· Stereotipik : gerakan yang diulang-ulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus yang jelas.
· Katatonia
e. Fungsi social
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat dari respon neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai berikut :
· Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan merasa putus asa sehingga kllien terpisah dengan orang lain.
· Isolasi social
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari lingkungan. Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada orang lain merupakan inti masalah pada klien. Pengalaman hubungan yang tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat ini membahayakan. Klien merasa terancam setiap ditemani orang lain karena ia menganggap oran tersebut akan mengontrolnya , mengancam, menuntutnya. Oleh karena itu klien memilih tetap mengisolasi diri dari pada pengalaman yang menyedihkan terulang kembali.
3.3.3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yamg sering digunakan klien adalah :
a. Regresi, merupakan usaha klien untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, sebagai untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3.4. Akibat dari Waham
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
· Memperlihatkan permusuhan
· Mendekati orang lain dengan ancaman
· Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
· Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
· Mempunyai rencana untuk melukai
3.5. Jenis-jenis Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi delapan macam :
1.2.1. Waham agama :
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diungkapakan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.2. Waham kebesaran :
Klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran dan kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.3. Waham somatik :
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.4. Waham curiga :
Klien yakin bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.5. Waham nihilistik :
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi/meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.6. Waham sisip pikir :
Klien yakin bahwa ad aide atau pikiran orang lain yang disisipkan kedalam pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.7. Waham siar pikir :
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak dinyatakannya kepada orang tersebut , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.8. Waham kontrol pikir :
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
3.6. Proses terjadinya waham:
3.6.1. Perasaan di ancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
2.5.2. Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek dari realitas dengan menyalahartikan kesan terhadap kejadian
2.5.3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran dan keinginan negative/tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
2.5.4. Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interprestasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
2.6. Tanda dan Gejala Waham
Untuk mendapatkan data waham, Saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini :
f. Waham kebesaran :
Contoh “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau
“saya memiliki tambang emas..”
g. Waham curiga :
Contoh “saya tahu seluruh keluarga saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya...”
h. Waham agama :
Contoh “kalau saya masuk surge, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari..”
i.Waham somatic :
Contoh “saya sakit kanker..” setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker
j. Waham nihilistic :
Contoh “inilah alam kubur..dan semua yang ada disini adalah roh-roh..”
Tanda dan Gejala Umum :
· Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
· Klien tampak tidak mempunyai orang lain
· Curiga
· Bermusuhan
· Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
· Takut, sangat waspada
· Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
· Ekspresi wajah tegang
· Mudah tersinggung
2.7. Prinsip tindakan keperawatan pada waham;
2.6.1. Tetapkan hubungan saling percaya
2.6.2. Identifikasi isi dan jenis waham
2.6.3. Kaji intensitas, frekuensi, dan lamanya waham
2.6.4. Identifikasi stressor waham
2.6.5. Identifikasi stressor terbesar yang dialami baru-baru ini
2.6.6. Hubungan unsure waham dan onset stress
2.6.7. Jika klien bertanya apakah anda percaya pada waham tersebut, katakan bahwa itu merupakan pengalaman klien
2.6.8. Penuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh waham
2.6.8. Sekali waham dimengerti, hindari dan jangan mendukung pembicaraan berulang tentang waham
2.7. Rencana tindakan keperawatan perubahan proses pikir: waham
2.7.1. Bina hubungan yang saling percaya
2.7.2. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2.7.3. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dipenuhi
2.7.4. Bantu klien berhubungan dengan realita
2.7.5. Libatkan keluarga
2.7.6. Ajar klien memanfaatkan obat dengan benar
2.8. Strategi Merawat Pasien Waham
2.8.1. Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
2.8.2. Kaji intensitas, frekuensi, dan lamanya waham
2.8.3. Identifikasi komponen emosional waham
2.8.4. Amati adanya bukti pemikiran konktrit
2.8.5. Amati pembicaraan yang menunjukan gejala gangguan pemikiran
2.8.6. Amati kemampuan pasien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara akurat
2.8.7. Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan yang terjadi dan arti dari kenyataan tersebut
2.8.8. Secara cermat, tanyakan pada pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti kenyataan tersebut
2.8.9. Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya
2.8.10. Tingkatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan focus pada waham
2.9. Penatalaksanaan Keperawatan
2.9.1. Pengkajian
2.9.1.1. Wawancara
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara pada pasien dan keluarga, adalah :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai
Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi piker yang berulang-ulang dan menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnnya aneh dan tidak nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e. Apakah pasien pernah merasakan diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
f. Apakah pasien berfikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol orang lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
2.9.1.2. Observasi
Tanda dan gejala waham yang dapat diobservasi:
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c. Curiga
d. Bermusuhan
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
f. Takut, sangat waspada
g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
h. Ekspresi wajah tegang
i. Mudah tersinggung
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , sumber koping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal masuk rumah sakit , informan, tangggal pengkajian, No rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan biasanya sering berbicara diluar kenyataan, komunikasi kurang atau tidak ada, menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3. Faktor predisposisi
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah , PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
6. Konsep diri
a. citra tubuh :
Menolak dilihat dan disentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Mendekati orang lain dengan ancaman. Menyentuh orang lain dengan menakutkan. Mempunyai rencana untuk melukai.
b. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Perasaan marah terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, mencederai diri.
f. Status Mental
Kontak mata klien seperti mencurigai, kurang dapat memulai pembicaraan, klien kurang mampu berhubungan dengan orang lain.
7. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas
2.9.2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. kerusakan interaksi social, waham.
2.9.3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang umum untuk gangguan neurobiologist
No.
|
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
1.
|
Menciptakan lingkungan teurapeutik.
|
Lingkungan fisik dan psikososial yang teurapeutik akan menstimulus kemampuan orientasi realitas.
|
Lingkungan fisik :
1) Tempatkan klien pada ruangan yang tenang dan cukup terang (siang atau malam).
2) Cukup stimulus untuk waktu (kalender, jam), tempat (nama-nama tempat), berita (Koran, radio, tv, majalah), kegiatan berupa jadwal harian, mingguan atau bulanan.
Lingkungan psikososial :
1) Sikap perawat, tim kesehatan dan keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, lembut dan sangat.
Bina hubungan saling percaya :
1) Tunjuk perawat yang bertanggung jawab pada klien.
2) Tingkatkan kontak klien dengan lingkungan social secara bertahap.
3) Beri stimulus untuk interaksi dengan lingkungan.
|
2.
|
Memenuhi kebutuhan biologis.
|
1) Klien yang terganggu orientasi realitas dapat cedera dan tidak perduli terhadap kebutuhan biologis.
2) Pada awalnya perawat harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan secara adekuat.
|
1) Perhatikan kebutuhan fisiologis klien, makan, tidur dan kegiatan.
2) Perhatikan tanda-tanda yang membahayakan klien dan orang lain dilingkungan.
3) Latih klien melakukan kegiatan sehari-hari, makan, mandi, dll.
4) Sertakan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis dan pelaksanaan ADL.
|
3.
|
Mengembangkan orientasi realitas klien.
|
Klien perlu mengembangkan kemampuan menilai realitas secara adekuat agar klien dapat beradaptasi dengan lingkungan.
|
1) Bantu klien untuk mengenal persepsinya.
2) Beri umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondisinya.
3) Kontak sering dan singkat oleh perawat dan tim kesehatan lain.
4) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan persepsi dan daya orientasi.
5) Bicarakan topik-topik yang berkaitan dengan orientasi diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
6) Bantu dan tingkatkan konta social secara bertahap.
|
4.
|
Meningkatkan harga diri klien.
|
1) Peningkatan harga diri akan meningkatkan percaya diri sehingga kecemasan klien berkurang. Keadaan ini akan membantu klien berhubungan dengan lingkngan.
2) Mendorong pengulangan perilaku yang positif.
|
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Beri respon yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan.
3) Hargai setiap pendapat klien.
4) Bantu klien mengidentifikasi hal-hal positif pada dirinya.
5) Berikan penghargaan terhadap aspek positif yang dimiliki klien.
6) Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kesenangannya.
7) Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatannya dengan baik.
8) Beri kesempatan klien untuk sukses dala kegiatannya.
|
2.9.4. Strategi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Waham
1. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
a. Orientasi (Perkenalan):
“Assalammu’alaikum”
“Saya S … … …., Saya senang dipanggil Ibu Ser … … …, Saya perawat di ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama anda? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan R hari ini? ”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang? Di mana enak nya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, R? Bagaimana kalau 15 menit.”
b. Kerja :
“Saya mengerti R merasa bahwa R adalah seorang artis, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus R?”
“Tampaknya R gelisah sekali, bisa R ceritakan apa yang R rasakan?”
“O…jadi R merasa takut nanti di atur-atur oeh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri R sendiri?”
“Siapa menurut R yang sering mengatur-atur diri R?”
“Kalau R sendiri inginnya seperti apa?”
“O…bagus R sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri?”
“Coba tuliskan rencana dan jadwal tersebut?”
“Wah…bagus sekali,jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan di luar rumah karena bosan kalau ada di rumah terus y?”
c. Terminasi:
“Bagaimana perasaan R setelah kita latihan berkenalan?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan,setuju R”?
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
“Kita berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah R miliki? Mau di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini lagi?”
2. SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya
a. Orientasi (Perkenalan)
“Asslammualaikum R,bagaimana perasaan nya saat ini? Bagus!”
“Apakah R sudah mengingat-ingat apa saja hobi R?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobby R tersebut?”
“Dimana enak nya R mau berbincang-bincang tentang hobi R tersebut?”
“Berapa lama R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
b. Kerja
“Apa saja hobby R? Saya catat ya,terus apa lagi?”
“Wah..,rupany R pandai menyanyi, tidak semua orang bisa bernyanyi seperti kamu” (atau yang lain sesuai yang di ucapkan pasien).
“Bisa R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar bernyanyi,siapa yang mengajarkannya kepada R,di mana?”
“Bisa R bernyanyi di depan saya?”
“Wah..,bagus sekali suara R”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan R ini ya,berapa kali sehari R bernyanyi?”
“Apa yang R harapkan dari kemampuan bernyanyi R ini?”
“Ada tidak hobby atau kemampuan R yang lain selain bernyanyi?”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan R setelah kita berbincang-bincang tentang hobby dan kemampuan R?”
“Setelah ini coba R bernyanyi sesuai jadwal yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya R?”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang makan saja, setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus R minum,setuju?”
3. SP 3 Pasien : Menganjurkan dan melatih cara minum obat yang benar
a. Orientasi (Perkenalan)
“Assalammualaikum R”
“Bagaiamana R sudah di coba latihan bernyanyi nya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kaau sekarang kita membicarakan tentang minum obat yang R minum?”
“Di mana sebaiknya kita berbicara? Di ruang makan?”
“Berapa lama R mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?”
b. Kerja
“Ada berapa macam obat yang R minum / jam berapa saja obat tersebut di minum?”
“R perlu meminum obat ini agar pikiran R jadi tenang, dan tidur R juga nyenyak”
“Obat nya ada 3 macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar R merasa tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar R merasa rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran R jadi teratur. Semuanya ini di minum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut R terasa kering, untuk membantu mengatasi nya R bisa minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini, R harus mengecek dulu label kotak obat, apakah benar nama R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”.
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam jangka waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya R tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan R setelah kita berbincang-bincang tentang obat yang R minum? Apa saja nama obat nya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan jadwal kegiatan R. Jangan lupa minum obat nya dan nanti saat makan minta sendiri obat nya pada suster”.
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya R!”
“R, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal yang telah dilaksanakan.
“Sampai besok.”
2.9.5.Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh waham nya.
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
b. Tindakan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3. Diskusikan dengan keluarga tentang :
· Cara merawat pasien waham dirumah
· Follow up dan keteraturan pengobatan
· Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat,dosis,frekuensi,efek samping,akibat penghentian obat).
5. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6. Latih cara merawat
7. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah, dan obat pasien.
a. Orientasi (perkenalan)
“Assalamualaikum pak / bu,perkenalkan nama saya S, saya perawat yang dinas di ruang ini. Saya yang merawar R selama ini. Nama bapak / ibu siapa, senang nya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah R dan cara merawat R dirumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak / ibu? Bagaimana kalau 30 menit?
b. Kerja
“Pak / bu, apa masalah yang Bpk/ibu rasakan dalam merawat R? Apa yang sudah dilakukan R dirumah? Dalam menghadapi sikap anak bapak/ibu yang sudah mengaku-ngaku sebagai artis tetapi kenyataannya bukan artis merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapi nya. Setiap kali anak bapak/ibu berkata bahwa ia seorang artis maka bapak/ibu mengatakan :
“Baoak/ibu mengerti R merasa seorang artis, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayai nya karena R adalah seorang remaja yang biasa saja.”
“Kedua, bapak/ibu harus lebih sering memuji R jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga, hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan R.”
“Bapak/ibu dapat berbincang-bincang dengan R tentang kebutuhan yang diinginkan R, missal nya: “Bapak/ibu percaya R punya kemampuan ………..” (kemampuan yang pernah dimiliki oleh R)
“Keempat, Bagaimanakalau dicoba lagi sekarang?” (Jika anak mau mencoba berikan pujian) “Bapak/ibu, R perly minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidur nya juga tenang.”
“Obat nya ada tigamacam, yang warna nya oranye nama nya CPZ, guna nya agar tenang, yang putih ini nama nya THP guna nya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari, jam 7 pagi,jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan R kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada pasien). R sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jadwal jam nya, segera beri pujian.
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berbincang-bincang tentang cara merawat R di rumah?”
“Setelah ini coba bapak/ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak/ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat R sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak/ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak/bu.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
a. Orientasi (perkenalan)
“Assalammualaikum bapak/ibu, sesuai janji dua hari yamg lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana bapak/ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya bapak/ibu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke R ya?”
“Berapa lama bapak/ibu punya waktu?”
b. Kerja
“Sekarang anggap saya R yang sedang mengaku-ngaku sebagai artis, coba bapak/ibu praktekkan cara bicara yang benar bila R sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus,betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki R. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi R minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak/ibu sudah mengerti cara merawat R”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung ke R?”
(Ulangi lagi semua cara di atas langsung kepada pasien).
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berlatih cara merawat R?”
“Setelah ini coba bapak/ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak/ibu membesuk R”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak/ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat R sampai bapak/ibu lancar melakukan nya.”
“Jam berapa bapak/ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu,kita ketemu lagi di tempat ini ya baoak/ibu
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Orientasi (perkenalan)
“Assalammualaikum bapak/ibu, karena R sudah boleh pulang, mari kita bicarakan jadwal R selam dirumah”
“Bagaimana bapak/ibu, selama bapak/ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat R?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak/ibu duduk disini.”
“Berapa lama bapak/ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum bapak/ibu menyelesaikan administrasi di depan.”
b. Kerja
“Bapak/ibu ,ini jadwal R selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa memperhatikan R, agar ia tetap menjalankan dirumah, dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak bapak/ibu selama dirumah. Kalau misalnya R mengaku sebagai seorang artis terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster S di Puskesmas Hangtuah, puskesmas terdekat dari rumsh bapak/ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: 123456. Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau peerkembangan R selama di rumah.”
c. Terminasi
“Apa yang ingin bapak/ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak/ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukkan untuk Sr E di PKM Jaya. Kalau ada apa-apa bapak/ibu boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan administrasi ke kantor depan.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.1 Tinjauan Kasus
3.1.1 Pengkajian
I. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Nn. ”M”
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Status Perkawinan : Tidak Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Hasanudin No.32
Tanggal Masuk : 22 April 2010
Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2010
No. Register : 021041
Diagnosa Medik : Waham
b. Identitas Penanggung
Nama : Ny. “N”
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Hasanudin No.32
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi oleh Ibunya pada tanggal 22 November 2009, awalnya klien sering mulai sering terlihat bengong dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan serta menuntut minta diperhatikan oleh keluarga.
III. Keluhan Utama
Keadaan klien saat dikaji : Klien tampak menyendiri bersandar ditembok dan kebanyakan memperlihatkan permusuhan dan tidak rapi, badan bau, rambut kusam, kuku hitam dan panjang.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
IV. Faktor Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit Marzuki Mahdi dengan kasus depresi.
2. Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik dan kekerasan dalam keluarga.
3. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien ditinggalkan oleh Ayahnya yang sudah meninggal sejak 9 tahun yang lalu. Saat ditanya tentang Almarhumah Ayahnya, klien hanya terdiam menundukkan kepala dan tampak raut wajahnya sedih.
V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital : T =120/80 mm Hg
N : 86x/mnt
S : 36,5ºC
P : 24x/mnt
2. Ukuran : TB dan BB tidak dilakukan pengukuran
3. Keluhan fisik : Gatal-gatal pada kulit dibadan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri ; mandi
VI. Psikososial
a. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada tubuhnya semuanya biasa-biasa saja.
2) Identitas diri
Klien menyadari dirinya seorang perempuan, anak ke 3 dari 3 bersaudara, klien belum menikah.
3) Peran
Klien mengatakan sebelum Ayahnya meninggal, klien dapat berperan sebagai anak yang penurut, tetapi saat Ayahnya sudah meninggal, klien merasa tidak dapat menjalankan perannya lagi dengan baik. Ideal diri
Klien berharap ingin cepat sembuh dan dijemput oleh keluarganya untuk pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
4) Harga diri
Klien kecewa karena keluarganya tidak datang membesuknya dan klien juga merasa tidak berguna dan diharapkan lagi oleh keluarganya.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti dalam hidupnya adalah Almarhumah Ayahnya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : klien mengatakan kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain adalah klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dan lebih banyak mengkhayal berbicara kacau.
Masalah keperawatan : Halusinasi.
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam dan yakin dengan agama yang dianutnya dan meyakini Allah yang Selalu memberikan Pertolongan.
2) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rajin pergi beribadah di Mesjid sebelum di rumah sakit, namun setelah dirawat di rumah sakit klien lebih tekun dan giat lagi untuk mengikuti terapi Agama.
VII. Status Mental
a. Penampilan
Klien nampak kotor, bau keringat, gigi kuning, cara berpakaian tidak sesuai, rambut kusam, kuku hitam dan panjang, gatal-gatal pada kulit badan.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
b. Pembicaraan
Klien sering bicara diluar dari kenyataan dan selalu mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang.
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien mengenal realita.
c. Aktivitas motorik
Klien selalu berteriak-teriak agresif, marah dan merasa dirinya adalah orang yang terkenal di negri ini.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih jika ditanya tentang keluarganya, apalagi jika klien menceritakan tentang Ayahnya yang sudah meninggal, ekspresi wajah klien tampak sedih.
e. Afek
Afek klien tajam, klien bisa berespon dengan stimulus yang sedikit.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Interaksi selama wawancara
Kontak mata Klien seperti mencurigai dan sering berbicara diluar logis.
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien dalam BHSP dengan orang lain.
Persepsi
Saat Berinteraksi dengan Klien ditemukan Resiko Perubahan Persepsi Sensori ; Halusinasi.
Masalah keperawatan : Halusinasi.
f. Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan yang ditanyakan dengan respon cepat tetapi pembicaraan klien kacau.
g. Isi pikir
Saat berinteraksi dengan klien tidak waham dan obsesi.
Masalah keperawatan : Waham.
h. Tingkat kesadaran
Saat wawancara klien tidak sadar, klien mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang. Klien tidak mampu mengenal waktu ( hari ini ) saat pagi, siang, sore, dan malam hari, tempat dimana dia berada sekarang yaitu di rumah sakit Marzuki Mahdi dan klien tidak mengenal yang merawat dia adalah dokter dan suster
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien mengenal waktu, tempat dan orang.
i. Memori
Klien tidak dapat mengingat kejadian masa lalu dan hal yang baru-baru terjadi.
Masalah keperawatan : kehilangan memori
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat berinteraksi klien tidak dapat berkonsentrasi dan klien tidak mampu berhitung sederhana yaitu misalnya menghitung dari angka 1 sampai 10
Masalah keperawatan : Ketidakmampuan berkonsentrasi dan berhitung
k. Kemampuan penilaian
Klien mampu menentukan pilihan dengan baik ketika diberikan pilihan seperti duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi akan terasa segar baru makan
l. Daya tilik diri :
Klien tidak menyadari dirinya sakit dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien mengenal tempat
VIII. Mekanisme Koping
Maladaptif
Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
3.1.2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2000, adalah :
1. Perubahan konsep diri, waham.
3.1.3. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
1. Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, dan ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
1. Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
3. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
3.1.3 Analisa data
No.
|
Data
|
Masalah Keperawatan
|
1.
|
Data subjektif :
1. Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, dan ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya
Data objektif :
1. Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
|
Ketidakmampuan klien dalam mengendalikan emosi dan mekanisme koping yang tidak baik.
|
2
|
Data subjektif :
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data objektif :
1. Klien bicara tentang kebesaran yang diyakininya
berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
|
Halusinasi, waham kebesaran
|
3.
|
Data subjektif :
1. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan marah terhadap diri sendiri
Data objektif :
1. Klien terlihat sering mengamuk, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
|
Ketidakmampuan klien mengenal diri sendiri.
|
3.1.4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
|
Intervensi
| |
Tujuan Khusus
|
Kriteria Evaluasi
| |
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
|
Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat.
|
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :
· Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung :
4. Observasi apakah waham klien menganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.
|
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
|
Klien mampu menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya.
|
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham).
3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.
|
Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
|
klien mampu menyebutkan semua kebutuhannya sehari-hari.
|
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadual).
5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
|
Klien dapat berhubungan dengan realistis
|
Klien dapat menyebutkan cita – cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya
|
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok : orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
|
Klien dapat dukungan keluarga
|
Keluarga dapat menyebutkan cara – cara merawat klien waham.
|
1. Diskusikan dengan keluarga tentang :
|
Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
|
Klien dapat minum obat sesuai dengan resep dokter dan tepat waktu.
|
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping, akibat penghentian.
2. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.
3. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
|
3.1.5. Roleplay Mahasiswa dengan Pasien Waham Kebesaran
Pemain :
1. Ardia Karsa Ginting sebagai Sutradara dan pasien
2. Indah Marda Berry sebagai Peserta casting dan perawat
3. Precysilla Martania Permata sebagai Ibunda Sara dan wartawan
4. Reno Manja Sara sebagai Sara dan pasien waham kebesaran
5. Siska Widiastuti sebagai Cleaning Service dan perawat
Prolog :
Sebut saja namanya Sara. Ya, begitulah panggilan akrabnya didesa tempat ia dan keluarganya tinggal. Sara adalah seorang gadis muda berusia 21 tahun yang memilki banyak talenta. Ia selalu berkecimpung didunia seni sejak ia berusia 5 tahun. Tak heran, karena kedua orang tuanya pun adalah seorang seniman. Mulai dari dunia tarik suara, hingga kedunia peran pun ia jalani. Namun sayangnya, ia menjadi seorang wanita yang sombong karena kesohorannya tersebut..
Latar belakang terjadinya waham
Sara : ”Pokoknya Ibu tenang aja, aku ini adalah seorang wanita yang
cantik dan memiliki banyak keahlian. Kalau diibaratkan artis papan atas Indonesia, aku ini seperti Agnes Monica. Dan aku yakin, aku pasti bisa lulus casting dalam seleksi tokoh utama itu.”
Ibu Sara : “Tapi kamu harus ingat nak, diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih hebat dari kamu. Sebaiknya kamu belajar ikhlas kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan. Ibu hanya tidak mau kamu menjadi sombong karena obsesi mu itu.”
Sara : “Ibu…aku ini adalah yang terbaik. Gak mungkin ada orang yang bisa menyaingi kelebihanku. Ya udah, aku pergi dulu. Sebagai awal ketenaranku, aku harus datang lebih awal dan gak boleh terlambat. Ibu harus mendukung aku supaya aku bisa mewujudkan impianku.”
Tanpa menghiraukan perkataan Ibunya, Sara pun bergegas meninggalkan rumah menuju tempat casting tokoh utama yang ia maksud. Sesampainya disana..
Siska : (sedang mengepel ruangan tunggu peserta casting)
Sara : “Aaawww…..aduh punya mata gak sih kamu!!! Begok banget sih jadi orang. Kamu tau gak aku ini siapa??? Aku ini calon artis terkenal tau!!!”
Siska : “Maaf mbak saya gak sengaja. Sini biar saya bantu membersihkan baju mbak.”
Sara : “Gak usah!!!”
Indah : “Hai..ikut casting juga ya? Kenalin, aku Indah.”
Sara : (hanya tersenyum dan mengabaikan uluran tangan Indah)
Sutradara : “Selanjutnya..”
Sara : “Yes!! Akhirnya giliranku juga. Duluan ya.. jangan lupa nonton filmku nanti.”
(Sara pun bergegas masuk keruangan casting)
Indah : “Sombong banget tuh orang. Mudah-mudahan dia gak lulus casting.”
Sutradara : “Sara…usia 21 tahun. Sering jadi juara difestival penyanyi solo. Prestasi yang cukup membanggakan. Dan silakan tunjukan keahlian acting kamu. Saya mau kamu beracting dengan salah satu figuran saya. Anggap saja dia adalah kekasihmu dan kalian sedang bertengkar.”
Sara : “Bapak tenang aja. Saya ini serba bisa lho.”
(Proses casting pun selesai. Sara menunggu hasil casting diruangan tunggu peserta)
Sutradara : “Lanjut…”
(Kemudian giliran Indah yang mengikuti casting. Hingga tepat pukul 13.00 WIB, hasil casting akan segera diumumkan)
Sutradara : “Oke…sesuai perjanjian kita tadi, sekarang sudah pukul satu siang. Saatnya saya membacakan hasil casting kalian. Acting kalian cukup memuaskan. Tapi saya harus memilih salah satu diantara kalian untuk mengikuti syuting film Ketika Cinta Bertasbih. Sesuai dengan criteria yang cocok untuk dijadikan tokoh utama, maka saya menyatakan Indah Marda Berry adalah wanita yang tepat untuk memainkan tokoh tersebut. Selamat Indah. Kembali lagi kesini besok pagi untuk persiapan syuting. Dan untuk Sara, kamu jangan putus asa, masih banyak ajang-ajang yang bisa kamu ikuti selain ajang ini. Oke?? Terima kasih atas partisipasinya.”
Wartawan : “Pemirsa seperti yang telah kita saksikan barusan. Sudah dipastikan bahwa Indah Marda Berry wanita asal Kepulauan Riau berusia 23 tahun adalah pemenang casting pencarian tokoh utama dalam film layar lebar Ketika Cinta Bertasbih. Jangan lewatkan berita selanjutnya pada esok hari pukul 16.00 WIB hanya di AMB, Ajang Mencari Bakat bersama saya Precysilla.”
(Dengan hati yang sangat kecewa, marah dan putus asa, akhirnya Sara kembali kerumahnya. Sesampainya dirumah..)
Sara : (Masuk tanpa mengucapkan salam dan terduduk diruang tamu. Sara terus melamun dan dalam hatinya sangat marah sekali. Tiba2 Sara menjerit sambil mengamuk.)
“Gak mungkiiiiiinnnnnn…..!!!!”
Ibu Sara : “Ya Allah Sara. Kenapa dia??? (berlari keruang tamu dan mendapati Sara sedang menangis) Sara kamu kenapa nak??? Kenapa kamu marah-marah begini??? Ada apa???”
Sara : “(sambil memeluk Ibunya) Ibu…aku gak lulus casting itu. Padahal Ibu tau kan aku ini yang terbaik, cantik dan serba bisa, tapi kenapa aku bisa gak lulus??? Aku gak terima Bu..”
Ibu Sara : “Sudahlah nak..mungkin belum saatnya kamu mendapatkan apa yang menjadi impianmu itu. Ikhlaskan apa yang terjadi. Allah pasti punya rencana lain untuk kamu.”
(Sejak saat itu Sara terlihat aneh. Sering melamun dan terkadang ia tertawa-tawa sendiri, kemudian ia menangis. Ia pun sering kali berbicara diluar kenyataan. Ia selalu menganggap dirinya adalah artis terkenal dinegeri ini. Tak jarang ia juga sering mengamuk apabila Ibunya mencoba bicara padanya tentang kehidupan dia yang sebenarnya. Karena tidak tega melihat keadaan anaknya yang semakin hari semakin memburuk, akhirnya Ibu Sara berinisiatif untuk membawa Sara kerumah sakit jiwa..)
Sara : “(berperan sebagai pasien waham kebesaran)”
Perawat Indah : “(berbicara pada perawat Siska) Aku kasihan deh melihat pasien kita yang baru itu. Cantik, masih muda, punya banyak talenta. Tapi sayang kejiwaannya jadi terganggu sejak dia gak lulus casting dalam acara Ajang Mencari Bakat.”
Perawat Siska : “Oh..jadi dia salah satu finalis AMB yang mencari tokoh utama untuk film KCB ya??? Ya ampun…gak nyangka ya Ndah. Ya udahlah mendingan sekarang kita menjalankan tugas kita untuk merawat dia. Yookkk..”
(berjalan menuju ruangan Sara dirawat)
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Fase Orientasi
Perawat Indah : “Hai Sara…Selamat pagi…perkenalkan nama saya Indah dan ini teman saya namanya Siska. Kami berdua perawat yang akan merawat Sara selama Sara berada disini. Sara biasanya dipanggil apa kalau dirumah? Mmmmm….boleh gak kalau kita ngobrol2 sebentar? Sara mau?
Sara : “(tidak ada respon terhadap perawat, kemudian marah2 kepada perawat)”
Perawat Indah : “(berbicara pada perawat Siska) Kayaknya dia belum mau menanggapi kehadiran kita deh Sis. Gimana kalau kita coba 1 jam lagi.”
Perawat Siska : “Mmm…boleh deh.”
Perawat Indah : “Oke Sara kalau kamu belum mau kenalan sama kami juga gak apa2. Nanti kami kembali lagi mengunjungi Sara.”
(perawat Indah dan perawat Siska pun meninggalkan ruangan Sara. Setelah satu jam berlalu, kedua perawat itu kembali mengunjungi Sara untuk mengulangi fase orientasi namun Sara belum bisa untuk diajak berkomunikasi. Tiga hari sudah berlalu, kedua perawat itu pun tidak kunjung menyerah untuk dapat membina hubungan baik dengan Sara. Hingga pada hari keempat…)
Perawat Indah : “Hai Sara..masih ingat gak sama kita berdua? Saya Indah dan ini teman saya Siska. Kami adalah perawat yang akan merawat Sara. Gimana? Udah mau kenalan belum?”
Sara : “(mengulurkan tangannya)”
Perawat Siska : “Sara biasanya dipanggil apa kalau dirumah?”
Sara : “sara..”
Perawat Indah : “Gimana kalau kita ngobrol2 sebentar aja? Mau? 15 menit aja.”
Sara : “(menganggukkan kepala)”
Perawat Siska : “Sara maunya ngobrol dimana? Disini aja apa ditaman?”
Sara : “Disini.”
Fase Kerja
Perawat Indah : “Gimana perasaan Sara hari ini? Apa yang Sara rasakan selama berada disini?”
Sara : “Biasa aja.”
Perawat Siska : “Keliatannya Sara gelisah ya? Apa ada sesuatu yang mau Sara ceritakan sama kami?”
Sara : “Aku ini seorang artis terkenal dinegeri ini. Jadwal ku padat. Apalagi sebentar lagi aku bakal syuting film layar lebar KCB. Dan aku juga bakal konser diseluruh daerah Indonesia. Kalian tau gak??? Aku ini artis yang serba bisa. Aku penyanyi, pemain film dan juga cantik. Kalian pasti iri kan dengan kesuksesan aku???”
Perawat Indah : “Saya mengerti kalau Sara ini adalah artis yang terkenal dan mempunyai jadwal yang padat. Kalau begitu, Sara pasti sudah bisa mengatur waktu untuk diri sendiri dan juga untuk menjumpai fans-fans Sara kan?”
Sara : “Ya iyalah…”
Perawat Siska : “Coba Sara ceritakan apa aja sih jadwal kegiatan Sara sebelum Sara masuk kerumah sakit?”
Sara : “Ya biasalah! Artis itu kan sibuk banget. Syuting ini, syuting itu. Apalagi aku ini mau syuting film KCB. Jadi aku pasti sibuk banget deh pokoknya. Ada lagi yang mau ditanyain?? Aku gak punya waktu untuk kalian ya!”
Perawat Siska : “Waahh…berarti setiap harinya kamu sibuk sekali ya. Lalu jadwal apa saja yang ingin kamu lakukan setiap harinya selama dirumah sakit ini?”
Sara : “Aku mau setiap hari aku latihan nyanyi tapi gak diruangan ini.”
Terminasi
Perawat Indah : “Nah, kita kan sudah berkenalan nih, terus bagaimana perasaan kamu setelah kita berekenalan?”
Sara : “Biasa aja tuh! Gak ada yang istimewa.”
Perawat Siska : “Mmm...gimana kalau besok kita coba menjalankan jadwal kegiatan yang Sara ingikan? Kita laksanakan ditaman aja. Sara mau?”
Sara : “Yaya..baiklah kalau begitu.”
SP 2 : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.
(keesokan harinya, sesuai dengan jadwal yang telah disetujui oleh Sara dan kedua perawat tersebut, mereka melakukan kegiatan SP 2..)
Perawat Indah : “Hai Sara…selamat pagi. Giamana perasaannya hari ini?”
Sara : “Biasa aja.”
Perawat Siska : “Sara ingat gak sama perjanjian kita kemarin? Kegiatan apa ya yang akan kita lakukan hari ini? Coba Sara ingat-ingat.”
Sara : “Kita kan mau latihan nyanyi hari ini. Katanya kalian mau dengerin aku nyanyi kan?”
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam BAB ini, penulis akan membahas dan membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada Nn.M dengan diagnosa Waham. Fokus pembahasan penulis berdasarkan pada setiap tahap dalam proses keperawatan yang dimulai dengan tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien.
Pada tinjauan teori dan kasus yang perlu dikaji dari identitas klien adalah nama, jenis kelamin, pendidikan, umur, status, pekerjaan, alamat, agama, tanggal masuk rumah sakit, ruangan, kamar klien, dan penanggung jawab dalam perawatan. Hal ini berguna agar Asuhan Keperawatan yang tepat dapat dilakukan sesuai dengan individu yang bersangkutan.
2. Riwayat Keperawatan
Pada tinjauan kasus ditemukan bahwa sebelumnya klien telah masuk rumah sakit jiwa dengan diagnosa Depresi.
3. Pada saat melakukan pengkajian pada klien, tanda dan gejala yang ditemukan sesuai dengan pada tinjauan teoriis yaitu klien sering berbicara kacau dan diluar realita. Klien juga menganggap dirinya adalah orang yang terkenal di negeri ini (waham kebesaran). Serta klien cenderung mengamuk dan mengancam akan melukai dirinya dan orang lain.
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan utama terhadap pasien Nn.M
Pada tinjauan kasus, penulis menemukan dua diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :
1. Perubahan persepsi, waham
2. Resiko tinggi mencederai diri, orag lain dan lingkungan
3.2 Saran
Dalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran – saran sebagai berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan waham, perawat harus memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan waham sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik
2. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus melibatkan pasien dan keluarganya serta tim kesehatan lainnya. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
3. Dalam melakukan tindakan keperawatan disarankan untuk mengevaluasi tindakan tersebut secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Tim MPKP RSMM & FIK UI
2. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa – I oleh DEPARTEMEN KESEHATAN RI (2000)
3. Internet situs Google, WAHAM Rona Khatulistiwa
thank info na mass broww . .
BalasHapusrajin2 post yahh heheheh
di tunggu kunjungan na ke http://yuudi.blogspot.com/
w jg nak riau neHH
Makasih infonya kanda,, sangat membantu I like it
BalasHapus