BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera
kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok
usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, 2007). Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan
lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan
dirumah sakit, dua pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki
lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, lebih dari setengah semua pasien
cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainya
(Smeltzer and Bare, 2002 ).
Ada
beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala ringan, cedera
kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan cedera kepala atau
askep cidera kepala baik cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera
kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera pada otak dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga dapat terjadi
penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi
adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari cedera kepala.
Di
samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah
sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan
dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik
umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang
sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital.
Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat pasien
tiba di rumah sakit (Sjahrir, 2004).
Maka
dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan kelompok dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Cedera Kepala Berat di Ruang ICU (Intensive
Care Unit) Rumah Sakit Saras Husada Purworejo Jawa Tengah.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala berat.
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan dengan cedera
kepala ringan berat.
b. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan cedera kepala berat.
c. Mahasiswa
mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan cedera kepala berat.
d. Mahasiswa
mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan cedera kepala berat.
e. Mahasiswa
mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan cedera kepala berat.
f. Mahasiswa
mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan cedera
kepala berat.
C.
Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari
literatur yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri
dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri
dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi dan pathway,
manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan pemeriksaan penunjang.
BAB
III : Laporan kasus terdiri dari :
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV
: Penutup terdiri dari :
kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian
Cedera kepala
adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa perdarahan intestinal
dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak (Nugroho,
2011).
Cedera
kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak
atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung
pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Menurut
Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera
kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekannya subtansia
alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral
disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).
Berdasarkan
defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma benda tajam
maupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaan pada kulit, tengkorak, dan
jaringan otak yang disertai atau tanpa pendarahan.
Gambar
1. Gambaran Umum Cedera Kepala
B. Klasifikasi
Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
Mekanisme
a. Trauma
Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor,
kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat
kekerasaan (pukulan).
b. Trauma
Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda
tajam/runcing.
2. Berdasarkan
Beratnya Cidera
The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan
berdasarkan Glasgow Coma Scale ( Mansjoer, dkk, 2000) :
a. Cedera
Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu, GCS 14-15, pasien sadar dan
berorientasi, kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30 menit, tidak ada
intoksikasi alkohol atau obat terlarang, klien dapat mengeluh nyeri kepala dan
pusing, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio, hematom , tidak ada
kriteria cedera sedang sampai berat.
b. Cedera
Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu GCS 9-13 (konfusi, letargi dan
stupor), pasien tampak kebingungan, mengantuk, namun masih bisa mengikuti
perintah sederhana, hilang kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24
jam, konkusi, amnesia paska trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur kranium
(tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, otorhea atau rinorhea cairan
serebrospinal).
c. Cedera
Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu GCS 3-8 (koma), penurunan derajat
kesadaran secara progresif, kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda
neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.
C.
Etiologi
Penyebab
cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh, cedera olah
raga, kecelakaan kerja, cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh pisau atau
peluru (Corwin, 2000).
D.
Patofisiologi dan Pathway
Adanya
cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan
biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan
permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi
cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan
cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik
yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak
kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera
kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
Perdarahan
cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma, berkumpulnya
antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra
cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral.
Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan
autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral
dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).
ADO
|
Suplay nutrisi ke otak
|
Suplay oksigen ke otak
|
Cedera Kepala
|
Kerusakan Syaraf Otak
|
Laserasi
|
Resiko Infeksi
|
Kecelakaan
|
Pukulan
|
Jatuh dari Ketinggian
|
Tusukan
|
Tembakan
|
Cedera Kepala Ringan
|
Cedera Kepala Sedang
|
Cedera Kepala Berat
|
Asam laktat
|
Perubahan metabolisme anaerob
|
hipoxia
|
Produk atp
|
Edema jaringan otak
|
Energi <
|
Fatigue
|
Vasodilatasi serebri
|
Nyeri Akut
|
Peningkatan TIK
|
Defisit self care
|
ADO
|
Penekanan
pembuluh darah & jaringan cerebral
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
|
Penurunan kesadaran
|
Penumpukan sekret
|
Pola nafas tidak
efektif
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
|
Gambar 2. Pathway Cedera Kepala Berat
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung dari berat ringannya
cedera kepala, yaitu:
1. Perubahan kesadaran
adalah merupakan indikator yang paling sensitive yang dapat dilihat dengan
penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale).
2. Peningkatan
TIK yang mempunyai trias Klasik seperti: nyeri kepala karena regangan dura dan
pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan
diskus optikus; muntah seringkali
proyektil.
F. Komplikasi
1. Perdarahan intra cranial
2. Kejang
3. Parese saraf cranial
4. Meningitis atau abses otak
5. Infeksi
6. Edema cerebri
7. Kebocoran cairan serobospinal
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap,
urine, kimia darah, analisa gas darah.
2. CT-Scan
(dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan
atau tanpa kontras radioaktif.
4. Cerebral
Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan
otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5. X-Ray
: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
6. CSF,
Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
7. ABGs :
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
8. Kadar
Elektrolit:Untuk mengkoreksi
keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial
(Musliha, 2010).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala
yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak
sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau
oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang
adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan
umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada
semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik
atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan
lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan
anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala
berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan
hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak
(penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila
terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus
dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan),
2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.
Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea.
Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea.
Tindakan
terhadap peningktatan TIK yaitu:
1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.
Tindakan
pendukung lain yaitu:
1.
Dukungan ventilasi
2. Pencegahan kejang
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan
keseimbangan nutrisi
4. Terapi anti konvulsan
5. Klorpromazin untuk menenangkan klien
6. Pemasangan selang nasogastrik (Mansjoer,
dkk, 2000).
I. Konsep Asuhan keperawatan
Pengkajian
Kegawatdaruratan :
1. Primary Survey
a. Airway dan cervical control
Hal
pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah,
fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini
dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki
jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi
atau rotasi dari leher.
b. Breathing dan ventilation
Jalan
nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi
pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma.
c. Circulation dan hemorrhage control
1) Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan
hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam
hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu
kesadaran, warna kulit dan nadi.
2) Kontrol Perdarahan
d. Disability
Penilaian
neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure dan Environment control
Dilakukan
pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.
2. Secondary
Survey
a. Fokus
assessment
b. Head
to toe assessment
1. Pengkajian
Data Dasar Pengkajian Klien (Doenges, 2000). Data tergantung pada tipe, lokasi dan keperahan, cedera dan mungkin
dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa
lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan
kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak
tegang.
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan
tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan
tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas,
mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.
d. Makanan/cairan
Gejala : Mual,
muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah,
gangguan menelan.
e. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia,
kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan fungsi.
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan
kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope, kehilangan pendengaran,
gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan penglihatan seperti ketajaman.
Tanda : Perubahan
kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, konsentrasi, pengaruh
emosi atau tingkah laku dan memoris.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit
kepala.
Tanda : Wajah
menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak
bisa istirahat, merintih.
h. Pernafasan
Tanda : Perubahan
pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi nafas berbunyi)
i. Keamanan
Gejala : Trauma
baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi,
gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan
secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
j. Interaksi sosial
Tanda : Apasia
motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartria.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d
edema serebral, peningkatan TIK
b. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan
pusat pernafasan di medula oblongata/cedera jaringan otak
c. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
d. Trauma, tindakan invasife, immunosupresif,
kerusakan jaringan faktor resiko infeksi
e. Defisit self care b/d kelemahan fisik,
penurunan kesadaran.
3. Intervensi Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral b.d edema serebral, peningkatan TIK
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan …. jam klien menunjukan status sirkulasi dan
tissue perfusion cerebral membaik dengan KH:
-TD dalam
rentang normal (120/80 mmHg)
-Tidak ada
tanda peningkatan TIK
-Klien
mampu bicara dengan jelas, menunjukkan konsentrasi, perhatian dan orientasi
baik
-Fungsi sensori motorik cranial utuh : kesadaran
membaik (GCS 15, tidak ada gerakan involunter)
|
Monitoring tekanan intrakranium:
a.
Kaji, observasi, evaluasi tanda-tanda penurunan
perfusi serebral: gangguan mental, pingsan, reaksi pupil, penglihatan kabur,
nyeri kepala, gerakan bola mata.
b.
Hindari tindakan valsava manufer (suction lama,
mengedan, batuk terus menerus).
c.
Berikan oksigen sesuai instruksi dokter
d.
Lakukan tindakan bedrest total
e.
Posisikan pasien kepala lebih tinggi dari badan
(30-40 derajat)
f.
Minimalkan stimulasi dari luar.
g.
Monitor Vital Sign serta tingkat
kesadaran
h.
Monitor tanda-tanda TIK
i.
Batasi gerakan leher dan kepala
j.
Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk
meningkatkan volume intravaskuler sesuai perintah dokter.
|
2.
|
Pola nafas tidak efektif b.d
gangguan/kerusakan pusat pernafasan di medula oblongata/cedera jaringan otak
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan …. jam klien
menunjukan pola nafas yang efektif dengan KH:
-Pernafasan 16-20x/menit, teratur
-suara nafas bersih
-pernafasan vesikuler
-saturasi O2: ≥
95%
|
a.
Kaji status pernafasan klien
b.
Kaji penyebab ketidakefektifan pola nafas
c.
Beri posisi head up 35-45 derajat
d.
Monitor perubahan tingkat kesadaran, status
mental, dan peningkatan TIK
e.
Beri oksigen sesuai anjuran medik
f. Kolaborasi dokter untuk terapi, tindakan
dan pemeriksaan
|
3.
|
Nyeri akut b.d agen injuri fisik
|
Setelah
dilakukan Asuhan keperawatan …. Jam tingkat
kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol dg KH:
-Klien
melaporkan nyeri berkurang dg scala nyeri 2-3
-Ekspresi
wajah tenang
-klien
dapat istirahat dan tidur
-v/s dbn
|
Manajemen
nyeri :
a.
Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi).
b.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
d.
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
e.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
f.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
g.
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi nyeri..
h.
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
i.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
|
4.
|
Trauma, tindakan invasife,
immunosupresif, kerusakan jaringan faktor resiko infeksi
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan …
jam infeksi terdeteksi dg KH:
-Tdk ada tanda-tanda infeksi
-Suhu normal ( 36-37 c )
|
Konrol infeksi :
a.
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
b.
Batasi pengunjung bila perlu.
c.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan.
d.
Gunakan baju, masker dan sarung tangan sebagai alat
pelindung.
e.
Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
f.
Lakukan perawatan luka, drainage, dresing infus dan dan kateter
setiap hari, jika ada.
g.
Berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
a.
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
b.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
c.
Monitor kerentanan terhadap infeksi.
d.
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
e.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
f.
Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
|
5.
|
Defisit self care b/d kelemahan fisik,
penurunan kesadaran.
|
Setelah dilakukan askep … jam klien dan
keluarga dapat merawat diri : dengan kritria :
-kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
(makan, berpakaian, toileting, berhias, hygiene, oral higiene)
-klien bersih dan tidak bau.
|
Bantuan perawatan diri
a.
Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri
yang mandiri
b.
Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian,
toileting dan makan, berhias
c.
Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk
merawat diri
d.
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
e.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kemampuannya
f.
Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
g.
Dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
h.
Anjurkan keluarga untuk ikutserta dalam memenuhi
ADL klien
|
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A.
Pengkajian
1. Identitas
klien
Nama :
Nn. F
Umur :
14 tahun
Alamat :
Doplang RT 05/03 Purworejo
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama :
Islam
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
Belum bekerja
Diagnosa medis :
Cedera kepala berat
Tanggal masuk RS :
30 Januari 2013 jam 18.00 wib
Tanggal pengkajian :
31 Januari 2013 jam 07.00 WIB
No RM :
264623/1071353
2. Penanggung
jawab
Nama :
Tn. A
Umur :
53 tahun
Jenis kelamin :
laki-laki
Pekerjaan :
swasta
Alamat :
Doplang RT 05/03 Purworejo
Hubungan dengan
klien :
Ayah
B.
Primary survey
Airway :
C.
Keluhan
utama
Penurunan kesadaran tingkat
kesadarn koma
D.
Riwayat
kesehatan sekarang
Pada tanggal 30 januari 2013 jam 17.00 terjadi kecelakaan sepeda
motor, korban dibawa oleh penolong ke IGD RS Saras Husada. Klien datang dengan
kondisi tidak sadarkan diri, terdapat luka lecet dibawah lutut kanan, hematom ±
12 cm dahi kanan, deformitas tangan kiri, terdapat bula dikaki kanan. Tekanan
darah : 90/60, Nadi : 60x/i, RR : 22 x/i, S : 36,4 °C. Dari IGD klien
dipindahkan ke ruang ICU jam 19.00 guna mendapatkan perawatan intensive.
E.
Riwayat
penyakit dahulu
Keluarga mengatakan bahwa baru kali ini
klien masuk rumah sakit dan klien tidak pernah menderita penyakit seperti DM,
Hipertensi dan TBC yang mengharuskan klien dirawat di rumah sakit, dan hanya
menderita penyakit seperti pilek, demam dan setelah minum obat biasanya
langsung sembuh.
F.
Riwayat
penyakit keluarga
Keluarga klien
mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular atau
penyakit generative seperti diabetes, Tb atau sebagainya.
G.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan Umum : jelek BB/TB :
42 Kg / 150 cm
Kesadaran :
Coma
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah : 123/69 mmHg Nadi :
132x/m
Suhu :
37,20C Pernafasan
: 28x/m
1. Kepala
Kepala klien normocephalic, rambut klien panjang
lurus, rambut kotor terdapat darah yang mengering pada rambut, penyebaran rambut merata.
2.
Muka
Wajah tanpak simetris, warna kulit tidak pucat, terdapat hematom pada dahi kanan ±12 cm
3.
Mata
Mata simetris, Konjungtiva
anemis, Sklera anikterik, edema pada palpebrae, pupil anisokor, reaksi pupl terhadap cahaya menurun.
4.
Telinga
Posisi daun telinga simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen, tidak ada pengeluaran darah maupun cairan.
5.
Hidung dan sinus
Lubang hidung simetris,
septum hidung tepat di tengah, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat pengeluaran cairan atau darah dari hidung, oksigen terpasang
3 lpm dengan nasal kanul, terpasang NGT
6.
Mulut dan tenggorokan
Bibir terletak tepat ditengah wajah,
warna bibir merah muda, tidak kering, terdapat luka
pada bibir bagian bawah, tidak sianosis, tidak ada
kelainan congenital, terdapar sekret pada
tenggorokan dan mulut, terpasang mayo, tidak terdapat lidah jatuh, mulut klien
berbau tidak sedap, suara nafas gargling
7.
Leher
Tidak terdapat jejas di leher, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
8.
Thorak
Ø Inspeksi
thoraks
Thoraks simetris, klien
tidak menggunakan otot bantu nafas (retraksi dada), pergerakan dinding dada sama, pernafasan
28 x/menit, warna kulit merata.
Ø Palpasi
Gerakan paru saat
inspirasi dan ekspirasi sama, tidak terdapat massa, tidak
terdapat fraktur thorak.
Ø Perkusi
thoraks
Perkusi paru resonan.
Ø Auskultasi
thoraks
Tidak terdapat suara tambahan di
paru-paru
9. Jantung
Heart rate
132x/menit, perkusi jantung pekak
10. Payudara
Payudara simetrs, letak puting
susu tepat di tengah areola, tidak terdapat benjolan di sekitar payudara.
11. Abdomen
Bentuk abdomen datar, warna kulit normal, kulit tubuh tampak kotor, kulit
elastis, tidak terdapat lesi ataupun nodul masa, tidak terdapat striae maupun spider nevy, bising
usus 10x /menit, perkusi timpani.
12. Genetalia
dan perineal
Klien terpasang kateter ukuran 16, urine berwarna
kuning jernih, terdapat penyebaran sedikit rambut di mons pubis, tidak terdapat
luka, labia minora dan mayora simetris, tidak berbau dan tidak mengeluarkan
cairan yang abnormal, terdapat anus.
13. Ekstremitas
Ø Ekstremitas atas : terpasang infus ukuran 22 di tangan
kanan, tangan kiri deformitas
Ø Ekstemitas bawah : terdapat VE pada lutut kiri, dan bula
di kaki kanan, tidak terdapat edema.
H.
Pengkajian
pola sistem
1. Pola
persepsi dan managemen terhadap kesehatan
Klien saat ini mengalami koma,
klien terbaring lemah dan gelisah. Keluarga klien mengatakan saat ini yang
paling penting anaknya dapat segera sadar, sehat dan dapat kembali kerumah berkumpul dengan kluarga.
2. Pola
nutrisi dan metabolic (diit dan pemasukan makanan)
Makanan
Keluarga Klien
mengatakan saat dirumah klien biasa
makan 3x/hari dengan lauk pauk dan sayuran, minum 5-6 gelas sehari. Setelah
dirumah dan semenjak tidak sadarkan diri klien dipuasakan sampai tidak terdapat
ulcer, terpasang infus RL 20 tts/menit.
3. Pola
eliminasi
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien
biasa BAB 1x/hari pagi hari. Dan Saat
sakit klien
belum pernah BAB, cateter terpasang dengan urin keluar 300 cc per 12 jam.
4.
Pola aktivitas dan
latihan
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien
banyak menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bermain dengan teman-temanya.
Klien dapat memenuhi kebutuhanya sehari-hari tanpa dibantu keluarga. Saat sakit klien dengan tidak
sadarkan diri hanya berbaring di tempat tidur dengan kondisi lemah, semua
kebutuhan sehari-harinya di bantu oleh perawat dan keluarga.
5.
Pola istirahat : tidur
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien
biasa tidur jika sudah larut malam klien sering bergadang dengan teman-temannya
sebelum tidur. Klien biasa tidur pukul 23.00-07.00, tidur siang kadang-kadang. Saat ini klien dalam keadaan
tidak sadar
6. Pola
kognitif dan persepsi
Keluarga klien mengatakan klien
tertutup, klien lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Klien saat ini
tidak sadarkan diri dalam kondisi gelisah.
7. Pola
persepsi diri dan konsep diri
Keluarga klien mengatakan saat
ini anaknya tidak sadarkan diri, terdapat bengkak pada dahi sebelah kanan, pada
kaki sebelah kanan terdapat bula dan yang dipikirkan saat ini yaitu kesembuhan
anaknya agar anaknya bisa pulang kerumah berkumpul dengan keluarga.
8.
Pola peran hubungan
Keluarga klien mengatakan saat
ini klien dapat berhubungan baik dengan lingkungan, baik kepada keluarga,
tetangga, dan teman-temannya. Saat klien dirawat dirumah sakit pun keluarga,
tetangga, dan teman-temannya menjenguk klien.
9.
Pola seksual dan
reproduksi
Keluarga klien mengatakan klien
belum menikah, sudah menstruasi saat berumur 13 tahun.
10. Pola
koping dan toleransi terhadap stress
Keluarga klien mengatakan
semenjak ibunya klien meninggal klien lebih tertutup dan cenderung menghabiskan
waktu di luar rumah
11. Pola
nilai kepercayaan
Keluarga klien mengatakan agama
yang dianut keluarga dan klien adalah islam. aktifitas ibadah klien terganggu
karna klien tidak sadarkan diri.
J.
DATA PENUNJANG
Laboratorium 30 januari 2013
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai normal
|
Glukosa sewaktu
|
166
|
mg/dl
|
70-140
|
Urea
|
32
|
mg/dl
|
10-50
|
Kreatinin
|
1,00
|
mg/dl
|
0,5-1,2
|
SGOT
|
23
|
u/L
|
0-31
|
SGPT
|
12
|
u/L
|
0-32
|
K
|
41
|
Mmol/L
|
3,4-5,4
|
Na
|
140
|
Mmol/L
|
135-155
|
Cl
|
93
|
Mmol/L
|
95-108
|
HbsAg
|
Negatif
|
|
|
WBC
|
14,59
|
[10^3/uL]
|
4,8-10,8
|
RBC
|
3,99
|
[10^6/uL]
|
4,2-5,4
|
HGB
|
10,3
|
[g/dL]
|
12-16
|
HCT
|
32,6
|
[%]
|
37-47
|
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Normal
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning
muda-kuning
|
Kejernihan
|
Keruh
|
Jernih
|
Berat jernih
|
1025
|
1015-1030
|
PH
|
6
|
4,0-78
|
Protein
|
+1
|
Negatif
|
Sedimen
|
-
|
Negatif
|
Sell epitel
|
+
|
+1
|
Leukosit
|
2-4
|
0-5/LPB
|
Eritrosit
|
10-15
|
0-2/LPB
|
GCS : Eye 1
Verbal 1
Motorik 2
Unisokor ¾
Oksigen : 3 ml (nasal kanul)
Terapy obat
Nama obat
|
Golongan
|
Indikasi
|
Dosis
|
Cefotaxim
|
antibiotic
golongan sefalosporin
|
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
kuman antara lain:
Ø Infeksi
saluran pemafasan bagian bawah (termasuk pneumonia).
Ø Infeksi kulit dan struktur kulit.
Ø Infeksi tulang dan sendi.
Ø Infeksi intra-abdominal.
Ø infeksi saluran kemih
|
2x1 gr
|
Piracetam
|
nootropic agents
|
Pengobatan infark
serebral
|
3x1 gr
|
Ranitidin
|
Antasid
|
Terapi untuk
tukak lambung
|
2x1 amp
|
Keterolac
|
Analgesik
|
Terapi jangka
pendek untuk nyeri akut berat
|
3x30 mg
|
Phenytoin
|
Natrium Fenitoin
|
Anti kejang,
antiaritmia.
|
2x1 amp
|
Kalnex
|
tranexamic acid
|
untuk membantu menghentikan kondisi
perdarahan
|
3x500mg
|
Manitol
|
|
Untuk menurunkan TIK, menurunkan edema
otak.
|
4x125ml
|
RL
|
|
Mengembalikan keseimbangan elektrolit
pad dehidrasi
|
20 tts/i
|
K.
Analisa Data
Analisa data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS : -
DO : Ku:jelek,
kesadaran: coma, GCS: E1V1M2, terpasang O2 dengan nasal kanul=3L, Pernafasan:
28x/m, terdapat secret ditenggorokan
dan mulut, suara nafas gargling, terpasang mayo, klien tampak gelisah
|
Adanya
penumpukan sekresi di tenggorokan dan mulut
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
|
DS : -
DO : Ku : jelek,
kesadaran : coma, GCS : E1V1M2, terpasang O2 dengan nasal kanul=3 L, NGT,
Pernafasan : 28x/m, terdapat secret ditengorokan, terpasang mayo, suara nafas gargling..
|
Kerusakan pola
pernafasan dimedula oblongata, cedera cidera otak.
|
Ketidak efektifan
pola nafas
|
DS : -
DO : Ku
: jelek, kesadaran : coma, GCS : E1V1M2, klien terpasang infus, terpasang O2
dengan nasal kanul 3 lpm, Tekanan darah : 123/69 mmHg,
Nadi: 132x/m, Suhu : 37,20C, Pernafasan : 28x/m,
klien tampak gelisah,
pupil anisokor.
|
Edema serebral,
peningkatan TIK, penurunan O2 ke serebral
|
Ketidak efektifan
perfusi jaringan cerebral
|
DS :-
DO : Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS : E1V1M2, rambut
klien kotor terdapat bercak darah dirambut, bau mulut tidak sedap, kulit
tubuh tampak kotor
|
Penurunan
kesadaran, kelemahan fisik
|
Defisit self care
|
L. Diagnosa
keperawatan
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b/d adanya
penumpukan sekresi di tenggorokan dan mulut.
2. Ketidak efektifan pola nafas b/d Kerusakan pola
pernafasan dimedula oblongata, cedera cidera otak.
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral b/d Edema
serebral, peningkatan TIK, penurunan O2 ke serebral
4. Defisit self care b/d Penurunan kesadaran, kelemahan
fisik
M. Intervensi
No
|
Diagnosa
|
NIC
|
NIC
|
1.
|
Ketidak efektifan perfusi
jaringan cerebral b.d edema serebral, peningkatan TIK
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3 x 24 jam
klien menunjukan status sirkulasi dan tissue perfusion cerebral membaik
dengan KH:
-TD dalam rentang normal (120/80
mmHg)
-Tidak ada tanda peningkatan TIK
-Klien mampu bicara dengan jelas,
menunjukkan konsentrasi, perhatian dan orientasi baik
-Fungsi sensori motorik cranial
utuh : kesadaran membaik (GCS 15, tidak ada gerakan involunter)
|
Monitoring
tekanan intrakranium:
a. Kaji, observasi, evaluasi
tanda-tanda penurunan perfusi serebral: gangguan mental, pingsan, reaksi
pupil, penglihatan kabur, nyeri kepala, gerakan bola mata.
b. Hindari tindakan valsava manufer
(suction lama, mengedan, batuk terus menerus).
c. Berikan oksigen sesuai instruksi
dokter
d. Lakukan tindakan bedrest total
e. Posisikan pasien kepala lebih
tinggi dari badan (30-40 derajat)
f. Minimalkan stimulasi dari luar.
g. Monitor Vital Sign serta tingkat
kesadaran
h. Monitor tanda-tanda TIK
i. Batasi gerakan leher dan kepala
j. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk
meningkatkan volume intravaskuler sesuai perintah dokter.
|
2.
|
Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan
pusat pernafasan di medula oblongata/cedera jaringan otak
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam klien menunjukan pola nafas yang
efektif dengan KH:
-Pernafasan
16-20x/menit, teratur
-suara
nafas bersih
-pernafasan
vesikuler
-saturasi
O2: ≥ 95%
|
a. Kaji status pernafasan klien
b.Kaji
penyebab ketidakefektifan pola nafas
c. Beri posisi head up 35-45 derajat
d.Monitor
perubahan tingkat kesadaran, status mental, dan peningkatan TIK
e. Beri oksigen sesuai anjuran medic
f.Melakukan suction jika diperlukan.
g.Kolaborasi dokter untuk terapi,
tindakan dan pemeriksaan
|
3.
|
Defisit self care
b/d kelemahan fisik, penurunan kesadaran.
|
Setelah dilakukan askep 3 x 24 jam klien
dan keluarga dapat merawat diri : dengan kriteria :
-kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
(makan, berpakaian, toileting, berhias, hygiene, oral higiene)
-klien bersih dan tidak bau.
|
Bantuan
perawatan diri
a. Monitor kemampuan pasien terhadap
perawatan diri yang mandiri
b.Monitor kebutuhan
akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan, berhias
c. Beri bantuan sampai klien
mempunyai kemapuan untuk merawat diri
d.Bantu klien dalam
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
e. Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
f. Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin
g.Dorong untuk
melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
h.Anjurkan keluarga
untuk ikut serta dalam memenuhi ADL klien
|
N. Implementasi dan Evaluasi
No.
|
Tanggal
|
Diagnosa
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|||||
1
|
31-1-13
|
Ketidak efektifan perfusi jaringan
cerebral b/d Edema serebral, peningkatan TIK, penurunan O2 ke serebral
|
08.00
08.15
08.45
09.00
09.30
10.00
11.00
12.00
12.05
13.00
14.00
15.00
15.30
16.00
17.00
18.00
19.00
19.30
20.00
20.05
21.00
22.00
23.00
24.00
24.05
01.00
02.00
03.00
04.00
04.05
05.00
05.30
06.00
07.00
|
1.
Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji,
observasi, evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi serebral
3.
Memonitor
oksigen sesuai instruksi dokter
4.
Mengkaji KU
dan VS
5.
Mengatur
posisi tidur yang nyaman bagi klien
6.
Mengkaji KU
dan VS
7.
Mengkaji KU
dan VS
8.
Mengkaji KU
dan VS
9.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (injeksi iv
Piracetam 1 gr, injeksi iv Kalnex 500 mg, injeksi ivPheenytoin 1 amp)
10. Mengkaji KU dan VS.
11. Mengkaji KU dan VS
12. Mengkaji KU dan VS
13. Mengkaji tingkat kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
14. Mengkaji KU dan VS
15. Mengkaji KU dan VS
16. Mengkaji KU dan VS
17. Mengkaji KU dan VS
18. Mempertahankan pemberian O2 dengan menambahkan cairan
humidifier
19. Mengkaji KU dan VS
20. Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (kalnex 3 x 500
mg dan piracetam 3x1 gr)
21. Mengkaji KU dan VS
22. Mengkaji KU dan VS
23. Mengkaji KU dan VS
24. Mengkaji KU dan VS
25. Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Phenitoin
2x1amp)
26. Mengkaji KU dan VS
27. Mengkaji KU dan VS
28. Mengkaji KU dan VS
29. Mengkaji KU dan VS
30. Melakukan kolaborasi pemberian obat-obatan (Piracetam
3x1gr dan Kalnex 3x500gr)
31. Mengkaji KU dan VS
32. Mengkaji tingkat kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
33. Mengkaji KU dan VS
34. Mengkaji KU dan VS
|
S :
O :
Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS
: E1V1M2, klien terpasang infuse Rl 20 tpm, terpasang O2 3 lpm dengan nasal kanul, terpasang NGT, DC, klien tampak gelisah,
pupil anisokor.
A : Masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji, observasi,
evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi serebral
2. Pertahankan pemberian
oksigen sesuai instruksi dokter
3. Posisikan
pasien kepala lebih tinggi dari badan
4. Monitor
Vital Sign serta tingkat kesadaran
5. Monitor
tanda-tanda TIK
6. Kolaborasi
pemberian obat-obatan
|
|
|||||
|
31-1-2013
|
Ketidak efektifan pola nafas b/d
Kerusakan pola pernafasan dimedula oblongata, cedera cidera otak
|
08.00
08.15
08.30
08.35
08.40
08.55
09.00
09.30
10.00
11.00
12.00
13.00
13.25
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
18.15
19.00
19.30
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
05.30
06.00
07.00
|
1. Mengkaji
KU dan VS
2.
Mengkaji
status pernafasan klien
3.
Mengkaji
penyebab ketidakefektifan pola nafas
4.
Melakukan
pemasangan mayo
5.
Melakukan
suction
6.
Memonitor
oksigen sesuai instruksi dokter
7. Mengkaji
KU dan VS
8. Mengatur
posisi tidur yang nyaman bagi klien
9. Mengkaji
KU dan VS
10. Mengkaji
KU dan VS
11. Mengkaji
KU dan VS
12. Mengkaji
KU dan VS.
13. Mengkaji tingkat kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
14. Mengkaji
KU dan VS
15. Mengkaji
KU dan VS
16. Mengkaji
KU dan VS
17. Mengkaji
KU dan VS
18. Mengkaji
KU dan VS
19. Mempertahankan posisi
head up 35-45 derajat
20. Mengkaji
KU dan VS
21. Mempertahankan pemberian O2 dengan menambahkan cairan humidifier
22. Mengkaji
KU dan VS
23. Mengkaji
KU dan VS
24. Mengkaji
KU dan VS
25. Mengkaji
KU dan VS
26. Mengkaji
KU dan VS
27. Mengkaji
KU dan VS
28. Mengkaji
KU dan VS
29. Mengkaji
KU dan VS
30. Mengkaji
KU dan VS
31. Mengkaji
KU dan VS
32. Mengkaji tingkat kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda TIK
33. Mengkaji
KU dan VS
34. Mengkaji
KU dan VS
|
S :
O :
Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS
: E1V1M2, klien terpasang infus, terpasang O2 3 lpm dengan nasal kanul, NGT, DC, klien terpasang mayo, klien
tampak gelisah,
pupil anisokor, sekret di tenggorokan (+) berkurang
A : Masalah ketidakefektifan
pola nafas belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Kaji
status pernafasan klien
2. Beri
posisi head up 35-45 derajat
3. Monitor
perubahan tingkat kesadaran, status mental, dan peningkatan TIK
4. Pertahankan
pemberian oksigen
5. Melakukan suction jika diperlukan.
|
|
|||||
|
31-1-13
|
Defisit self care b/d
Penurunan kesadaran,
kelemahan fisik
|
08.15
13.00
14.00
15.00
16.10
20.00
21.00
05.00
|
1.
Membantu oral hygiene
klien
2.
Membantu BAB dan BAK
klien
3.
Membantu mengubah
posisi klien
4.
Membantu memandikan
klien
5.
Menganjurkan
keluarga untuk ikut serta dalam memenuhi ADL klien
6.
Membantu membuang
balance cairan (urine)
7.
Membantu mengubah
posisi klien
8.
Membantu memandikan
klien
|
S :
O :
Ku : jelek,
kesadaran : coma, GCS : E1V1M2, rambut klien berkurang kotornya, tidak
terdapat bercak darah dirambut, bau mulut tidak sedap berkurang, kulit tubuh
tampak bersih, mandi (+), NGT (+), urine (+), DC (+), OH (+)
A : Masalah
defisit self care teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
1.
Bantu
pemenuhan adl klien
2.
Libatkan
keluarga dalam pemenuhan adl klien
|
|
|||||
2
|
1-2-13
|
Ketidak efektifan perfusi jaringan
cerebral b/d Edema serebral, peningkatan TIK, penurunan O2 ke serebral
|
08.00
08.15
08.45
09.00
09.30
10.00
11.00
12.00
12.05
13.00
13.25
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
20.05
21.00
22.00
23.00
24.00
24.05
01.00
02.00
03.00
04.00
04.05
05.00
05.30
06.00
07.00
|
1.
Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji,
observasi, evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi serebral
3.
Memonitor
oksigen sesuai instruksi dokter
4.
Mengkaji KU
dan VS
5.
Mengatur
posisi tidur yang nyaman bagi klien
6.
Mengkaji KU
dan VS
7.
Mengkaji KU
dan VS
8.
Mengkaji KU
dan VS
9.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Piracetam 3 x 1
gr, phenytoin 2 x 1 amp, kalnex 3x500mg, manitol 4x125ml)
10.
Mengkaji KU
dan VS.
11.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
12.
Mengkaji KU
dan VS
13.
Mengkaji KU
dan VS
14.
Mengkaji KU
dan VS
15.
Mengkaji KU
dan VS
16.
Mengkaji KU
dan VS
17.
Mengkaji KU
dan VS
18.
Mengkaji KU
dan VS
19.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Piracetam 3 x 1
gr, phenytoin 2 x 1 amp, kalnex 3x500mg, manitol 4x125ml)
20.
Mengkaji KU
dan VS
21.
Mengkaji KU
dan VS
22.
Mengkaji KU
dan VS
23.
Mengkaji KU
dan VS
24.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (phenitoin
2x1amp)
25.
Mengkaji KU
dan VS
26.
Mengkaji KU
dan VS
27.
Mengkaji KU
dan VS
28.
Mengkaji KU
dan VS
29.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Piracetam 3 x 1
gr, phenytoin 2 x 1 amp, kalnex 3x500mg, manitol 4x125ml)
30.
Mengkaji KU
dan VS
31.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan memonitor
tanda-tanda TIK
32.
Mengkaji KU
dan VS
33.
Mengkaji KU
dan VS
|
S :
O :
Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS
: E1V1M3,
klien terpasang infus, terpasang O2 3 lpm dengan nasal kanul, NGT, DC, klien tampak gelisah,
pupil anisokor.
A : Masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Kaji, observasi,
evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi serebral
2. Pertahankan pemberian
oksigen sesuai instruksi dokter
3. Pertahankan posisi
pasien kepala lebih tinggi dari badan
4. Monitor
Vital Sign serta tingkat kesadaran
5. Monitor
tanda-tanda TIK
6. Kolaborasi
pemberian obat-obatan
|
|
|||||
|
1-2-2013
|
Ketidak efektifan pola nafas b/d
Kerusakan pola pernafasan dimedula oblongata, cedera cidera otak
|
08.00
08.15
08.45
08.45
09.00
09.30
10.00
11.00
12.00
13.00
13.25
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
18.15
19.00
20.00
21.00
21.30
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
04.30
05.00
06.00
07.00
07.15
|
1.
Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji
status pernafasan klien
3.
Memberi
posisi head up 35-45 derajat
4.
Memonitor
oksigen sesuai instruksi dokter
5.
Mengkaji KU
dan VS
6.
Mengatur
posisi tidur yang nyaman bagi klien
7.
Mengkaji KU
dan VS
8.
Mengkaji KU
dan VS
9.
Mengkaji KU
dan VS
10.
Mengkaji KU
dan VS.
11.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
12.
Mengkaji KU
dan VS
13.
Mengkaji KU
dan VS
14.
Mengkaji KU
dan VS
15.
Mengkaji KU
dan VS
16.
Mengkaji KU
dan VS
17.
Melakukan
suction
18.
Mengkaji KU
dan VS
19.
Mengkaji KU
dan VS
20.
Mengkaji KU
dan VS
21.
Mempertahankan
posisi head up 35 sampai 45 derajat
22.
Mengkaji KU dan
VS
23.
Mengkaji KU
dan VS
24.
Mengkaji KU
dan VS
25.
Mengkaji KU
dan VS
26.
Mengkaji KU
dan VS
27.
Mengkaji KU
dan VS
28.
Mengkaji KU
dan VS
29.
Mempertahankan
pemberian o2 dengan menambahkan cairan di humidifier
30.
Mengkaji KU
dan VS
31.
Mengkaji KU
dan VS
32.
Mengkaji KU
dan VS
33.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
|
S :
O :
Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS
: E1V1M3,
klien terpasang infus, terpasang O2 3 lpm dengan nasal kanul, NGT, DC, klien tampak gelisah,
pupil anisokor, terpasang mayo, suara nafas
vesikuler,
A : Masalah ketidakefektifan
pola nafas belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Kaji
status pernafasan klien
2. Beri
posisi head up 35-45 derajat
3. Monitor
perubahan tingkat kesadaran, status mental, dan peningkatan TIK
4. Pertahankan
pemberian oksigen
5.
Melakukan
suction jika diperlukan.
|
|
|||||
|
1-2-13
|
Defisit self care b/d
Penurunan kesadaran,
kelemahan fisik
|
08.00
08.15
09.00
13.00
15.00
20.00
21.00
05.00
|
1.
Membantu
dalam pemenuhan ADL klien
2.
Membantu
oral hygiene klien
3.
Membantu
mengubah posisi klien
4.
Membantu BAB
dan BAK klien
5.
Membantu
memandikan klien
6.
Membantu
membuang balance cairan (urine)
7.
Membantu
mengubah posisi klien
8.
Membantu
memandikan klien
|
S :
O :
Ku : jelek,
kesadaran : coma, GCS : E1V1M3, rambut klien tampak lebih bersih, bau mulut
tidak sedap berkurang, kulit tubuh tampak bersih, NGT (+), mandi (+), OH (+),
urine (+), DC (+)
A : Masalah defisit self care teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.
Bantu
pemenuhan adl klien
2.
Libatkan
keluarga dalam pemenuhan adl klien
|
|
|||||
|
2-2-13
|
Ketidak efektifan perfusi
jaringan cerebral b/d Edema
serebral, peningkatan TIK,
penurunan O2 ke serebral
|
08.00
08.15
08.45
09.00
10.00
11.00
12.00
12.05
13.00
13.25
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
20.05
21.00
21.15
22.00
23.00
24.00
24.05
01.00
02.00
03.00
04.00
04.05
05.00
05.30
06.00
07.00
|
1.
Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji,
observasi, evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi serebral
3.
Memonitor
oksigen sesuai instruksi dokter
4.
Mengkaji KU
dan VS
5.
Mengkaji KU
dan VS
6.
Mengkaji KU
dan VS
7.
Mengkaji KU
dan VS
8.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Piracetam 3 x 1
gr, phenytoin 2 x 1 amp, kalnex 3x500mg, manitol 4x125ml)
9.
Mengkaji KU
dan VS.
10.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
11.
Mengkaji KU
dan VS
12.
Mengkaji KU
dan VS
13.
Mengkaji KU
dan VS
14.
Mengkaji KU
dan VS
15.
Mengkaji KU
dan VS
16.
Mengkaji KU
dan VS
17.
Mengkaji KU
dan VS
18.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Piracetam 3 x 1
gr, phenytoin 2 x 1 amp, kalnex 3x500mg, manitol 4x125ml)
19.
Mengkaji KU
dan VS
20.
Mengatur
posisi tidur yang nyaman bagi klien
21.
Mengkaji KU
dan VS
22.
Mengkaji KU
dan VS
23.
Mengkaji KU
dan VS
24.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (phenitoin
2x1amp)
25.
Mengkaji KU
dan VS
26.
Mengkaji KU
dan VS
27.
Mengkaji KU
dan VS
28.
Mengkaji KU
dan VS
29.
Melakukan Kolaborasi
pemberian obat-obatan (Piracetam 3 x 1
gr, phenytoin 2 x 1 amp, kalnex 3x500mg, manitol 4x125ml)
30.
Mengkaji KU
dan VS
31.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan memonitor
tanda-tanda TIK
32.
Mengkaji KU
dan VS
33.
Mengkaji KU
dan VS
|
Subjektif : -
Objektif :
Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS
: E1V1M3,
klien terpasang infuse RL 20 tpm,
terpasang O2 3 lpm
dengan nasal kanul, NGT, DC, klien
tampak gelisah,
pupil anisokor.
A : Masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Kaji, observasi,
evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi serebral
2. Pertahankan pemberian
oksigen sesuai instruksi dokter
3. Pertahankan posisi
pasien kepala lebih tinggi dari badan
4. Monitor
Vital Sign serta tingkat kesadaran
5. Monitor
tanda-tanda TIK
6. Kolaborasi
pemberian obat-obatan
|
|
|||||
|
02-2-2013
|
Ketidak efektifan pola nafas b/d
Kerusakan pola pernafasan dimedula oblongata, cedera cidera otak
|
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
09.30
10.00
11.00
12.00
13.00
13.25
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
22.10
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
05.30
06.00
07.00
|
1.
Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji
status pernafasan klien
3.
Memberi
posisi head up 35-45 derajat
4.
Memonitor
oksigen sesuai instruksi dokter
5.
Mengkaji KU
dan VS
6.
Mengatur
posisi tidur yang nyaman bagi klien
7.
Mengkaji KU
dan VS
8.
Mengkaji KU
dan VS
9.
Mengkaji KU
dan VS
10.
Mengkaji KU
dan VS.
11.
Mengkaji tingkat
kesadaran, dan Memonitor tanda-tanda
TIK
12.
Mengkaji KU
dan VS
13.
Mengkaji KU
dan VS
14.
Mengkaji KU
dan VS
15.
Mengkaji KU
dan VS
16.
Mengkaji KU
dan VS
17.
Melakukan
suction
18.
Mengkaji KU
dan VS
19.
Mengkaji KU
dan VS
20.
Mengkaji KU
dan VS
21.
Mempertahankan
posisi head up 35 sampai 45 derajat
22.
Mengkaji KU
dan VS
23.
Mengkaji KU
dan VS
24.
Mengkaji KU
dan VS
25.
Mengkaji KU
dan VS
26.
Mengkaji KU
dan VS
27.
Mengkaji KU
dan VS
28.
Mengkaji KU
dan VS
29.
Mempertahankan
pemberian o2 dengan menambahkan cairan di humidifier
30.
Mengkaji KU
dan VS
31.
Mengkaji KU
dan VS
|
S :
O :
Ku : jelek, kesadaran : coma, GCS
: E1V1M3,
klien terpasang infus, terpasang O23 lpm dengan nasal kanul, NGT, DC, klien tampak gelisah, pupil
anisokor, suara nafas vesikuler,
terpasang mayo
A : Masalah ketidakefektifan
pola nafas belum teratasi
P : Intervensi
Dilanjutkan
1. Kaji
status pernafasan klien
2. Beri
posisi head up 35-45 derajat
3. Monitor
perubahan tingkat kesadaran, status mental, dan peningkatan TIK
4. Pertahankan
pemberian oksigen
|
|
|||||
|
02-02-2013
|
Defisit self care b/d Penurunan
kesadaran, kelemahan fisik
|
08.15
11.00
13.00
15.00
14.00
20.00
21.00
05.00
|
1.
Membantu
oral hygiene klien
2.
Membantu
mengubah posisi klien
3.
Membantu BAB
dan BAK klien
4.
Membantu
memandikan klien
5.
Memberikan
diit entrasol per ngt
6.
Membantu
membuang balance cairan (urine)
7.
Membantu
mengubah posisi klien
8.
Membantu
memandikan klien
|
S :
O :
Ku : jelek,
kesadaran : coma, GCS : E1V1M3, rambut klien berkurang kotornya, bau mulut
tidak sedap berkurang, diit entrasol 250 cc, mandi (+), OH (+), urine (+),
NGT (+)
A : Masalah
defisit self care teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. bantu adl
klien
2. libatkan
keluarga dalam pemenuhan adl klien
|
|
|||||
Bagus ,, jadi bisa bantu makala kami untuk d tampilkan d seminar kelompok d rsud gunungsitoli........
BalasHapusterimakasih atas informasinya. Sangat bermanfaat bagi Saya.
BalasHapusterima kasih banyak referensinya
BalasHapusMaaf ya… permisi mau share. Good
BalasHapusthanks
BalasHapusgreats (y)
Terimakasih atas informasinya. Tapi kurang daftar pustaka
BalasHapusTerimakasih atas informasinya, ini sangat membantu
BalasHapusCara Mengobati Kista
Mksi makalahx. .Sukses
BalasHapusTerimakasih kakak ini bisa di recomendasikan ke yg lain salam sejahtera
BalasHapus